Welcome!

It's all about the mind of a woman who just wants to share something :) Enjoy!

Senin, 29 Oktober 2012

Initial Assessment dan Resusitasi

Kecelakaan lalu lintas di Jakarta itu udah makanan sehari-hari. Apalagi misal kalian follow @TMCPoldaMetro di twitter, perhatiin deh, kecelakaan dari yang kecil sampai memakan korban pasti ada setiap minggunya. Seperti tadi pagi, jam 5 pagi ada kecelakaan di daerah cibubur yang memakan seorang korban pengendara sepeda motor. Bahkan, gue pernah baca kalau di Indonesia kira-kira setiap 1 jam itu ada 4 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. WOW banget ga sih?

Dan disini gue mau share tentang cara menangani kegawat-daruratan. Jadi kalau ada kecelakaan, sebenarnya prosedur apa yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan, itu yang akan gue share-kan. Informasi ini bersumber dari buku Advanced Trauma Life Support. Semoga bermanfaat :)

Penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan tepat guna menghindari kematian. Karena desakan waktu, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian yang mudah. Proses ini dikenal sebagai INITIAL ASSESSMENT dan meliputi:
  • Persiapan
    Pre-hospital : titik berat diberikan pada menajga Airway. Kontrol pendarahan dan syok, imobilisasi penderita ke RS yang memadai. Jangan lama! Yang juga penting adalah mengumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti waktu kejadian, sebab kejadian, dan riwayat penderita. Mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis dan berat perlukaan.
    In-hospital : Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Perlengkapan airway (laringoskop, ETT dsb) sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat terjangkau. Cairan kristaloid (misal Ringer's Lactate) sudah dihangatkan dan digantung pada tempatnya. Perlengkapan monitoring juga harus sudah ada. Serta sistem untuk pemanggilan tenaga medis bantuan.
    Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita juga harus dihindarkan dari penyakit menular terutama AIDS dan hepatitis. Center dir Disease Control menganjurkan memakai alat-alat protektif seperti masker, proteksi mata (kacamata), handscoon, dll bila ada kontak dengan cairan tubuh penderita.
  • Triase : adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang terdedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABC (Airway, Breathing, Circulation).
    Dua jenis Triase dapat terjadi:
    • Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui kapasitas RS, didahulukan masalah gawat darurat dan multi-trauma.
    • Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui kapasitas RS, didahulukan penderita dengan kemungkinan suvival terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
  • Primary survey : proses ini merupakan ABC-nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut:
    • Airway dengan proteksi servikal
    • Breathing
    • Circulation dengan kontrol pendarahan
    • Disability : pemeriksaan neurologis singkat
    • Exposure/environmental control : buka pakaian penderita, dengan mencegah hipotermia
  • Resusitasi
    • Oksigenasi dan ventilasi
    • Pengelolaan syok, jalur infus, RL yang dihangatkan
    • Meneruskan pengelolaan masalah yang mengancam nyawa yang dikenali saat primary survey
  • Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
    • Monitoring
      • AGD dan laju pernapasan
      • Kapnograf
      • EKG
      • Pulse oxymeter
      • TD
    • Kateter uretra dan nasogastrik
    • Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan
      • Toraks
      • Pelvis
      • Servikal
      • DPL atau USG abdomen
  • Secondary survey, pemeriksaan head to toe serta anamnesis
    • Kepala
    • Maksilo-fasial
    • Leher
    • Toraks
    • Abdomen
    • Perineum/rektum/vagina
    • Muskulo-skeletal
    • Pemeriksaan neurologis lengkap
    • Tubes and fingers in every orifice”
  • Tambahan secondary survey : dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika penderita dalam keadaan stabil
    • CT Scan
    • Pemeriksaan rontgen dengan kontras
    • Foto ekstremitas
    • Endoskopi dan USG
  • Pemantauan dan re-evaluasi
  • Penanganan definitif : dimulai setelah primary survey dan sekunder selesai
  • Rujukan : jika terlalu sulit untuk ditangani, segera rujuk. Proses merujuk harus sesegera mungkin setelah alasan merujuk ditemukan guna menekan morbiditas dan mortalitas penderita.