Welcome!

It's all about the mind of a woman who just wants to share something :) Enjoy!

Sabtu, 13 September 2014

Thank God for this life

Ada seorang anak yang ikut ibunya buat kue di dapur. Saat ibunya menyiapkan bahan-bahannya, anak itu mulai tidak sabar. Akhirnya ia mencicipi gula di sebuah mangkok, "wah ini enak, manis! Pantas hasilnya enak seperti biasa!" katanya. Dan ia pun mulai mencoba bahan yang lain, tepung terigu. Mulai muncul kerutan di dahinya, "apa-apaan ini?" Ia pun mencoba kuning telur dan yaaa, itu rasanya menjijikan. Satu-satu ia cicipi dan akhirnya ia mengeluh "Bu, bahan ini sangat tidak enak! Menyebalkan! Yang enak paling cuma gula tapi itu tidak seenak kue biasanya!" Sang ibu hanya tersenyum dan berkata, "Sabar, belum selesai." Ibupun mulai mencampur semua dan memanggang adonan kue. Masih setengah matang, sang anak tak sabar dan ia mencoba sedikit. Lagi-lagi keluar keluhan bahwa itu tidak enak. Sang ibu hanya bisa menyuruhnya bersabar. Dan saat sudah matang, sudah waktunya dimakan, anak itu memakan semua kue dengan rasa senang karena kue itu sangat nikmat.

--------------------------------------

Suatu hari ada seorang anak sedang bermain di lantai dan ibunya sedang merajut sebuah gambar di sebuah kain. Anak yang sedang bermain akhirnya mencoba melihat ke atas dan ia melihat rajutan ibunya dari bawah. Ia bertanya "Ibu, kau membuat apa? Itu buruk sekali. Berantakan. Benang dimana-mana." Ibunya tetap diam dan melanjutkan rajutannya. Setelah selesai ia mengangkat anaknya untuk duduk di pangkuannya dan melihat hasilnya dari sudut pandang ibunya. Dan sang anak hanya bisa tercengang mengagumi pekerjaan tangan ibunya.

--------------------------------------

Dua cerita diatas sangat klasik dan sering kita dengar. Pelajaran-pelajaran dasar tentang kehidupan seperti itu sering kita dapatkan dari orang tua, guru, sahabat, atau siapapun. Dan gue sekarang, sedang berada di satu titik dimana gue merasa bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidup gue.

Terakhir gue nulis blog itu natalan 2 tahun lalu. Gue menghilang dari peredaran tulis menulis ini di 2013 dan awal 2014. Tapi masa-masa itulah banyak banget hal yang terjadi dalam hidup gue. Tahun 2013, semua harapan yang gue tulis di awal tahun di wujudin semua sama Tuhan. Gue merintis kesan UKI bareng sahabat-sahabat gue dan pacar gue waktu itu (sekarang udah mantan hahaha), gue remedial ga lebih dari 2 dalam 2 semester, gue sempet jadi senat bayangan di kampus, banyak hal menyenangkan. 2013 bener-bener tahun gue berasa on the top banget. Dan masuk 2014. Awal tahun baru, jujur gue ga berani berharap apa-apa karena 2013 gue udah dapet yang indah. Feeling gue ga enak di 2014, gue takut. Dan akhirnya bener. Gue ceroboh banget tahun 2014. Gue salah ambil keputusan dan itu fatal. Gue putus dari pacar gue, dan pacaran sama yang berbeda iman. Sahabat, keluarga, temen-temen, udah ingetin gue kalo itu salah, kalo itu ga akan berakhir bahagia. Tapi gue malah memilih jauhin semua dan memilih pacar gue itu (sebut saja dia El). Gue mengabaikan semua perkataan orang-orang yang sayang sama gue dan memaksakan hubungan dengan El. Seperti hubungan biasanya, ada berantem, ada bahagia, ada tawa, ada tangis. Gue tetep bertahan sama El. Gue sayang banget sama El. Bener-bener gue berasa sesayang ini sama seseorang. Gue rela berkorban apapun buat El. Disaat temen-temen gue bilang gue bodoh, gue tutup kuping dan tetep lakuin buat El. Hahahaha, entah gimana cara ni cowo bisa buat gue jatuh cinta sedalem ini. Dan akhirnya, TADAAAAAAAA, kita putus. Cuma 4 bulan kita jadian. Alasannya ya balik lagi ke masalah iman. Feel so stupid! Abis putus, gue ancur, gue depresi, gue kacau. Gue bisa ga tidur 3 hari, gue ga belajar padahal itu minggu ujian, bener-bener kacau. Sampai akhirnya gue belajar buat move on karena El juga udah ada yang baru. Susah banget buat move on. Parah. Tapi in the mean time gue berusaha, muncul sahabat-sahabat gue lagi. Sebenernya mereka ga pernah tinggalin gue. Tapi gue yang jauhin mereka. Mereka tetep ada di titik gue tinggalin mereka. Dan mereka yang bantu gue move on. Mereka bantuin gue survive. Mereka ada buat gue. Dan sampailah detik ini. Dimana gue lagi bahagia karena gue jadi deket lagi sama sahabat gue dari awal masuk kuliah. :D

Di titik ini, gue bener-bener merasa bahagia. Gue merasa kasih karunia Tuhan ga pernah abis dalam hidup gue. Gue udah ngelakuin hal fatal dan sekarang malah gue berasa bebas. 4 bulan bareng El itu jadi 4 bulan terburuk dalam hidup gue sebenernya. Gue ngerasa jauh dari Tuhan, dari keluarga, dari sahabat. Dan karena kasih karunia gue bisa di titik ini sekarang. Dan pas gue mencoba liat ke belakang, rangkaian hidup gue berasa indah. Setiap kejadian demi kejadian yang enak mauupun ga enak, yang bentuk pribadi gue sekarang. Sekarang gue sangat menghargai sahabat-sahabat gue. Gue spend more time with my family, gue belajar sayangin orang tulus dari El, belajar maafin orang, belajar banyak. Bahkan dulu, gue tipe orang yang kalau pacaran, hp pacar harus on 24 jam. Harus kabarin secepatnya, ga boleh ilang, harus bareng gue terus, dan gue cemburuan. Pas sama El, dia suka ngilang, dia suka kalo bales lama akhir-akhir jadian, dia ga bisa temenin gue terus karena kita backstreet juga. Tapi rasa sayang gue ke dia memaksa gue belajar itu dan akhirnya gue berhasil terbiasa. Efeknya? Sekarang gue ga seposesif itu sama "temen deket" gue yang sekarang. Hahahaha. Liat semua yang terjadi itu akhirnya bener-bener indah.

Gue tahu hidup gue ga sampai disini. Masih banyak yang harus gue lewatin. Tapi setidaknya gue bisa belajar untuk bersabar dan ga cepet-cepet mau cicipin kue yang belom mateng. Tunggu waktunya Tuhan membuat semua jadi indah, ga ngeluh duluan. Dan belajar tenang walaupun terlihat dari bawah berantakan karena gue tau Tuhan sedang merajut kehidupan yang indah dari atas sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar